Jumat, 12 Juni 2009

Trend Batiik 2009 dari Jogja Fashion Week



BATIK kini sedang menjadi tren. Kain tradisional khas Nusantara itu hadir dalam model yang semakin modis dan bisa dikenakan di segala suasana.

Tak hanya diminati orang Indonesia, batik juga mampu menarik hati para warga mancanegara. Lihat saja aksi Bill Gates beberapa waktu lalu. Saat berkunjung ke Indonesia, bos Microsoft asal Negeri Paman Sam ini mengenakan batik hingga membuat Presiden Susilo Bambang Yudhoyono yang telah mengenakan jas lengkap berdasi menggantinya dengan pakaian batik. Ini merupakan bukti keberhasilan para desainer yang sudah fokus di jalur batik selama bertahun-tahun maupun yang baru menceburkan diri hingga membuat booming warisan leluhur bangsa ini.

Berkat ide dan sentuhan seni mereka, batik lahir menjadi karya etnik modern dengan tampilan yang lebih eksklusif, manis, elegan, dan tidak kuno. Model dan warna pun tidak melulu cokelat dan warna-warna gelap, permainan warna, motif tabrak, model modern, dan gaul pun berani diusung untuk menciptakan sebuah karya yang indah dan tidak ketinggalan zaman. Namun,tetap mencintai produk Tanah Air.

Alhasil, batik saat ini tidak hanya dikenakan pada sejumlah acara resmi, juga batik yang diciptakan dengan model lebih santai (ready to wear) itu pun bisa dikenakan dalam acara apa pun, seperti ketika pergi ke kantor, jalan-jalan, atau sekadar di rumah.

Peran desainer mempromosikan batik sangat luar biasa. Berkat seni kreatif dan inovasinya terhadap kain tradisional Indonesia itu, pengusaha garmen menirunya.


Karena itu batik bisa dikonsumsi tidak hanya kalangan menegah atas, juga menengah dan bawah. Sebut saja nama desainer yang berjasa mengenalkan batik ke kancah nasional dan internasional itu, seperti Edward Hutabarat, Poppy Darsono, Adjie Notonegoro, atau bahkan Ina Idayanti bekerja sama dengan sahabatnya, Vera, yang baru tiga bulan ini menjual busana batik.
Desainer Edward Hutabarat atau Edo adalah perancang yang telah menggeluti batik selama hampir 10 tahun. Alasannya mengangkat batik dalam setiap rancangannya karena motif batik itu sudah indah dan cantik sehingga pantas tampil apa adanya. Belum lama ini, dia mengatakan, melalui batik, Indonesia bisa berbicara di kancah dunia. Lewat batik pula Indonesia punya identitas, yang harus dimiliki untuk menghadapi era globalisasi.

"Dan seharusnya, tren batik ini juga dibarengi dengan upaya pelestarian kain Indonesia yang telah diakui unggul dalam teknik pembuatan dan ragam hias," katanya.

Pada September 2006, Edo pertama kali memperkenalkan rangkaian produk gaya hidup yang dirangkum dalam label Part One. Part One adalah label busana siap pakai karya Edo sebagai dedikasinya terhadap akar budaya negeri ini. Dia mengemas batik dengan inovasi baru. Pada fashion show-nya akhir Mei lalu, Edo kembali menampilkan koleksi batik dengan mengusung tema "Batik The Upper Ground".

Rancangan yang ditampilkannya menggunakan kain batik berwarna cerah, tabrak motif, dan tabrak warna. Mulai dari minidress, babydoll, celana balon, jumpsuit, maupun gaun mendominasi karya-karya desainer yang mendapat penghargaan sebagai ikon mode pada JFFF 2008 karena berhasil memopulerkan batik katun ini.

Materi bahan yang digunakan pun mewah berwujud sutra yang dibuat dengan alat tenun bukan mesin, sutra satin, dan sutra organdi. "Saya ingin memperlihatkan batik memang unggul pada masa kini dan yang akan datang. Bukan lagi produk masa lampau, tapi masa kini dan masa depan," kata Edo.

Pada kesempatan berbeda, Ina Idyanti atau lebih akrab disapa Ina, pasangan hidup dari aktor tampan Jeremy Thomas menuturkan, keinginannya memilih batik dalam beberapa rancangannya karena batik mulai booming. "Sebelumnya, kami banyak menggunakan sifon-sifon. Namun, karena banyak permintaan terhadap (busana) batik, kami pun mencari cara, bagaimana supaya batik tidak monoton," ujarnya.

Dengan mengambil warnawarna cerah dan kombinasi warna gelap yang dipadupadankan dengan renda, manik-manik, koin dan payet untuk memberi kesan lebih modern dan manis agar tidak bosan menjadi andalan dalam merancang koleksi teranyarnya. Pasalnya, citra batik yang selama ini melekat di benak kaum muda adalah kuno, memberi kesan tua, dan terlalu formal.

"Jadi, dalam menciptakan busana batik ini, kami jadi diri sendiri. Kami berharap, orang yang tadinya takut batik, jadi bisa menikmati batik dengan desain yang bisa dikenakan semua orang," ujarnya.

Sementara itu, sebagai brand lokal dengan kualitas internasional, Allure beberapa waktu lalu juga mengeluarkan koleksi unggulan spring/summer 2008, dengan material yang digunakan seperti katun emboss, dobby, viskos, dan sutra tenun ATBM. Koleksi yang dihadirkan diperuntukkan tidak hanya bagi kaum hawa, juga untuk kaum adam dan anak-anak.

Material viskos sekilas menyerupai sutra atau sering disebut sutra buatan dengan serat cukup berat. Namun bahannya lebih lembut dan warnanya terang. Viskos sendiri adalah serat buatan pertama yang terbuat dari batang pohon yang diproses menjadi benang dan diberi campuran bahan kimiawi. Pertama kali diproduksi pada tahun 1884 oleh ilmuwan Prancis Hilaire de Chardonnet dan baru empat tahun kemudian dibuat secara massal.

Alasan batik viskos digunakan Allure pada beberapa rancangannya adalah untuk memberikan pilihan berbeda di tengah tren batik saat ini yang lebih banyak menggunakan tekstil katun bermotif klasik.

Dengan menjamurnya pakaian batik, desainer papan atas Adjie Notonegoro berharap, tren batik tidak hanya berlangsung sesaat, tapi sepanjang masa. Dia saat ini sedang mengembangkan batik motif Lasem dengan motif seperti batik antik.

Selain itu, dia juga sedang giat menggalakkan penggunaan kain katun untuk busana batik saat ini. Pasalnya, dengan lingkungan tropis Indonesia, katun lebih mudah perawatannya dan bisa digunakan dalam berbagai kesempatan.

0 komentar on "Trend Batiik 2009 dari Jogja Fashion Week"

Posting Komentar

Followers

 

My Blog List

Welcome

deL shopaholic * Copyright 2008 Shoppaholic Designed by Ipiet Templates Image by Tadpole's Notez